Apakah SOBAtku tahu kalau ternyata angka penderita penyakit stunting di Indonesia masih sangat tinggi? Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 21,6%. Meskipun lebih rendah daripada tahun 2021, namun masih diperlukan upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14%.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa mengganggu perkembangan otak, menurunkan kecerdasan dan kemampuan mental. Saat dewasa, penderita stunting beresiko lebih tinggi mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Ada ciri-ciri fisik yang bisa diamati dari anak yang menderita stunting. Tubuh mereka cenderung pendek dan kurus namun tetap proporsional. Yang perlu diingat, tidak semua anak yang pendek menderita stunting. Penderita stunting juga cenderung mengalami gangguan pertumbuhan, misalnya seperti kesulitan belajar dan berbicara. Selain itu, mereka juga memiliki daya tahan yang lemah, sehingga mudah terinfeksi penyakit.
Pencegahan penyakit stunting harus dimulai sejak awal kehamilan. Karena penyebab utama penyakit ini adalah kekurangan asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, atau dari janin hingga berusia dua tahun. Mulailah dengan memberi makanan tambahan untuk ibu hamil hingga menyusui, terutama terutama asupan zat besi, asam folat, dan yodium.
Kemudian untuk bayi yang baru lahir, sang ibu dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif. Ketika bayi sudah berusia enam bulan, tambahkan asupan gizi dengan makanan padat atau makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan agar sang anak terhindar dari infeksi penyakit.